Rabu, 31 Desember 2014

Pergantian tahun

Tak terasa tinggal 1 jam pergantian tahun, aku ingin melihat kembang api di luar bersamamu, tertawa bersama, saling berangkulan mesra melepas tahun 2014 ini dan berdoa bersama menyongsong tahun 2015 namun semuanya hanya batas keinginan yang tak mungkin aku sampaikan jika untuk memelukku malam ini pun tak kamu lakukan. Malam ini harusnya kita lalui dengan saling introspeksi diri dalam 1 tahun ini, saling terbuka satu sama lain, sama-sama menyusun resolusi masing-masing dan resolusi kita bersama dalam rumah tangga. Yahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh itu keinginan yang dari dulu kuinginkan dan entah kapan mampu terwujud. Tiba-tiba tak ingin menuliskan resolusi apapun malam ini, entah kenapa aku seperti merasa kehilangan gairah kehidupanku. Aku hanya ingin bahagia, bisa tertawa lepas bersamamu seperti dulu, merasakan semua hal yang selalu membuatku jatuh cinta. Aku benci rasa jenuh seperti malam ini

Curahan hati di akhir tahun

Seringkali sulit untuk memulai berkisah tapi kadang-kadang sebuah masalah harus terlampiaskan meski hanya lewat tulisan. Entah seperti apa menggambarkan perasaanku sekarang, di satu sisi kadang merasakan bahagia karena mampu terlihat baik-baik di mata semua orang namun kadang sangat merasakan sedih karena hubungan ini aku rasakan sedang berada dalam titik kejenuhan. Yahhh mungkin kedengarannya terlalu ironi ketika melihat kenyataan semuanya dalam keadaan baik-baik saja tapi kenapa pikiranku sampai pada kata jenuh. Aku melihat cinta itu kadang tiba-tiba padam di sorot matamu dan yang tersisa rasa jengkel saat aku memaksakan kehendakku. Mungkin buat orang lain wajar tapi buatku sangat menyedihkan. Frekuensi bertemu kita yang hampir dibilang sangat jarang sepatutnya tak pernah ternodai dengan hal itu. 9 bulan bukan waktu yang sebentar untuk menguji sebuah perasaan cinta yang berusaha aku pupuk tiap hari meski dirimu jauh di mataku, ketika aku meminta perhatian lebih saat kita bertemu, aku pikir itu adalah hal yang sangat wajar. Malam ini air mataku kembali berderai, aku hanya memintamu menciumku sebelum terlelap dalam tidurmu namun dengan angkuhmu menolaknya. Apa yang salah dengan diriku, apa yang salah dengan cinta dan perhatianku selama ini, apa yang salah dengan kesetiaanku, apa yang salah dengan penantianku, apa yang salah dengan kerinduanku???????????????????? Waktu 2 minggu terlalu singkat untuk membuatku paham dengan kejenuhan yang aku lihat dari sorot matamu. Setiap kali hal-hal seperti ini terjadi, aku selalu merasa ini semua terjadi karena tak ada sebuah ikatan diantara kita. Betul kata orang-orang di luar sana, anak adalah ikatan paling kuat dalam sebuah pernikahan. Meskipun beberapa orang mampu bertahan dalam kondisi berdua saja hingga masa tua mereka dan sorot bahagia itu tetap terlihat namun aku semakin meragukanmu. Maafkan aku yang meragukanmu mampu seperti sebahagian orang itu. Memasuki tahun ke-3 pernikahan kita semuanya menjadi semakin hambar, hari-hari yang harusnya kita lalui dengan sukacita, kemesraan sebagai balasan dari 9 bulan kemarin ternyata tak ada bedanya dengan hari-hari kemarin. Aku masih menemukan keangkuhan itu pada dirimu, aku masih menemukan egoisme itu pada dirimu. Aku merindukan kasih sayang tak pernah padam, aku merindukan cinta yang menggebu setiap saat, aku merindukan belaian kasihmu sebagai balasan dari 9 bulan tanpa kamu disampingku, aku merindukan pelukanmu dalam setiap malam. Yahhhh terlalu dalam kerinduanku, yang seharusnya mampu dibayar dengan 1 bulan disini namun 2 minggu ini menjadi terasa lama karena hal-hal itu sepertinya terabaikan. Kadang aku berpikir apa gunanya aku disini jika hanya membuatmu marah, jika hanya membuatmu lelah…..????